Senin, 19 Oktober 2009

PEDAGANG BATIK DI CIREBON MULAI KEBANJIRAN PEMBELI

www.cirebonkotaku.blogspot.com
Sejak batik diakui dunia sebagai warisan dan kekayaan intelektual Indonesia, penjualan batik pusat kerajinan batik Trusmi Cirebon mulai meningkat.

Sejumlah pedangang dan perajin batik yang ditemui di Trusmi, Cirebon, Rabu, mengatakan sejak 2 Otober 2009 jumlah pembeli meningkat.

Salah seorang pedagang batik di Jalan Pelered, Trusmi, Cirebon, Ny. Yatik, mengatakan, para pengunjung datang dari luar kota, khususnya dari Jakarta. Mereka umumnya mencari batik yang harganya di atas Rp600.000 dan yang corak serta motifnya berbeda.

"Para pemburu batik tersebut umumnya kaum ibu dan yang dicari batik yang corok dan motifnya tidak ada di kota asal mereka," katanya.

Ia mencontohkan, sejumlah ibu-ibu dari Jakarta mencari batik yang corak dan motifnya tidak ada di Jakarta.

Mengahadapi para pembeli seperti itu, para pedagang dan sekaligus perajin bisanya memperkaya corak dan motif dan mengusahakannya agar satu produk berbeda dengan produk yang lain.

"Kami senantiasa mencari motif yang baru untuk dibatik dan menyesuaikan dengan keinginan konsumen," kata perajin batik yang lain, Sumiati.

Dikatakannya, perajin batik di Trusmi rata-rata memiliki 15 karyawan dengan beberapa diantaranya sebagai "designer".

Pengusaha batik Cirebon yang lain, H. Asiwa mengatakan para pengunjung sebelum 2 Oktober 2009 umumnya meborong batik siap pakai teruma baju dalam jumlah banyak.

Tetapi kini pengunjung banyak juga yang membeli batik bahan kain terutama kain tenun bukan mesin (ATBM) yang harganya berkisar antara Rp600.000 hingga Rp3 juta.

Dengan banyaknya pengunjung menambah motivasi para pengrajin untuk meningkatkan mutu dan produksi, katanya. (ant)