Serpihan atau limbah rotan yang selama ini terbuang percuma bisa dimanfaatkan menjadi bunga rotan yang cantik. Fisamawati Perabotan rotan memang masih menjadi primadona bagi para perajin di Indonesia. Selain bahan bakunya mudah ditemukan, tekstur rotan tergolong fleksibel untuk dijadikan aneka kerajinan. Ada yang bisa diolah menjadi furniture murni, produk interior, dan bahkan aneka kreasi mini sekedar pemanis ruangan. Rotan dalam kehidupan sebagian masyarakat Cirebon seakan sudah tak terpisahkan. Perusahaan dalam skala besar sampai industri rumahan yang memakai bahan baku rotan dengan mudah ditemukan di sini. Di tangan para perajin di Cirebon, rotan bisa menjadi bahan baku yang luwes guna diolah menjadi berbagai barang jadi untuk beragam keperluan. Bukan hanya batang rotan yang utuh yang dapat digunakan, serpihan atau limbah rotan yang tak terpakai untuk mebel pun bisa digunakan untuk membuat berbagai barang dari yang fungsional sampai pajangan. Di antara barang-barang fungsional yang dibuat dari limbah rotan itu, ada pula beberapa tangkai bunga rotan. Salah satu kreasi kerajinan bunga rotan yang berkualitas ekspor dimiliki oleh perusahaan berlabel CV. Una Kreasi Persada. Menurut pemilik perusahaan Yetti Laksamanawati, bahan rotan dapat diolah menjadi kreasi bunga mungil nan cantik berupa aneka bunga antara lain loly flower, orchid flower, kangkung flower, lotus flower, sun flower, rose flower, hortensia flower, amarilis flower, anthanarium flower, soka flower, chrysant flower, bougenvile flowers, dan sebagainya. Kini, jika dihitung, jumlah koleksi kerajinan rotan buatan Yetti mencapai 116 item. "Sejak masih muda, saya suka membuat kerajinan tangan. Lalu saya lihat limbah rotan itu tak terpakai. Saya minta limbah rotan dari beberapa perusahaan mebel di sini. Iseng-iseng saya coba menggunakan bahan limbah rotan itu untuk membuat pigura dengan berbagai jenis anyaman," kata Yetti yang pada tahun 1996 mendapat penghargaan Upakarti untuk bidang pengabdian. Ia menambahkan, untuk bahan dasar rotan sendiri didatangkan langsung dari daerah Tegalwangi yang merupakan sentra kerajinan rotan. Dengan meningkatnya permintaan pasar terhadap produk kreasinya, usaha yang didirikan tujuh tahun lalu ini pun harus menyediakan modal Rp. 7 juta atau bahkan Rp. 10 juta untuk pembelian bahan baku rotan setiap bulannya. Dari mana Yetti mendapat ide membuat berbagai jenis kerajinan tangan limbah rotan itu? Dia terkadang mencoba membuat benda nyata ke dalam kerajinan rotan. Dapat pula desain itu muncul dari para pemesan, seperti pembeli dari Jerman yang memesan tangga rotan untuk tempat bermain burung Semakin tinggi permintaan terhadap pasokan rotan maka semakin tinggi pula harga belinya. Dahulu alasan Yetti memilih kerajinan berbahan rotan karena, sekitar 1985, rotan merupakan limbah yang banyak dibuang begitu saja, “Waktu itu bahannya mudah didapat, tetapi sekarang rotan dapat dibeli dengan harga rendah Rp 22 ribu hingga tertinggi Rp 25 ribu per kilonya,” lanjut Yetti. Untuk proses pembuatan kerajinan bunga rotan pun tidak terlalu sulit. Hanya cukup memilih ukuran dan jenis rotan yang sesuai untuk kreasi yang diinginkan. Setelah itu rotan dianyam, namun terlebih dahulu dibasahi dengan air agar teksturnya mudah dibentuk. Setelah selesai dianyam proses terakhir diamplas dan disemprot melamine. “Kebetulan suami saya tahu cara pewarnaannya,” imbuhnya yang dibantu Husna, suaminya. Kalau pada awalnya kerajinan tangan produknya hanya untuk mengisi waktu luang dan menambah sedikit penghasilan, maka keadaan ini mulai berubah saat datang pembeli dari Jepang yang memesan bunga, keranjang, dan berbagai bentuk kursi mungil dalam jumlah massal. “Tahun 1991, ada orang Jepang memesan produk senilai 2.000 hingga 3.000 dollar AS,” kenangnya. Dari kejadian itulah, kini Yetti pun mulai serius menanggani bisnis kerajinan rotan. Dengan dibantu kedua anaknya dan memiliki karyawan kurang lebih sebanyak 100 orang, hasil karyanya sudah diekspor hingga ke luar negeri seperti wilayah Asia, Eropa bahkan Amerika. “ Kerajinan rotan mulai merambah pasar luar negeri dengan sistem pengenalan melalui pameran-pameran CPC (Cirebon Promotion Centre),” kata perempuan ramah ini.
Bermodalkan uang Rp 2 juta tersebut, Yetti pun menjual produk kerajinan bunga rotan dengan harga yang relatif terjangkau. Untuk ukuran kecil ia memasang harga mulai Rp 1.500 dan untuk ukuran besar, ia mematok harga Rp. 20 ribu per tangkainya. “Tetapi harga tersebut pun masih dipengaruhi oleh tingkat kesulitan dalam proses pengerjaannya,” tegasnya. Meski tak pernah memasang iklan atau berpromosi dengan serius, ternyata hampir setiap bulan ada saja permintaan untuk mengisi tempat kosong untuk memuat kerajinan rotan khas Cirebon. "Ibu-ibu PKK juga tertarik untuk menekuni kerajinan tangan limbah rotan ini," cerita Yetti yang mengambil keuntungan 10 sampai 30 persen.
Analisis Bisnis Kerajinan Bunga Rotan A. Perincian Biaya Produksi Pembelian Rotan per kilogram (untuk 7 item bunga) Rp. 25.000,- Upah Pekerja 7 orang @ Rp. 1.500,- Rp. 10.500,- Perkiraan Proses Finishing Rp. 10.000,- Jumlah Rp. 45.500,-
B. Jika 7 Bunga Rotan Terjual dengan Harga @ Rp. 20.000,- Pendapatan Kotor 7 X Rp. 20.000,- Rp. 140.000,- C. Keuntungan Kotor (B-A) Rp. 140.000,- - Rp. 45.500,- Rp. 94.500,- |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar